Jumat, Desember 14, 2007

Bintang Jatuh pada Desember 2007

Bintang Jatuh pada Desember

Puncak hujan meteor Geminid pada 13-14 Desember 2007.

Pakai jaket, bawa selimut hangat dan kursi yang nyaman. Begitulah tips untuk mengamati hujan meteor Geminid yang berlangsung 7-17 Desember 2007 ini. Namun, petunjuk itu hanya berlaku bagi para pengamat bintang di belahan bumi utara yang memang sedang memasuki musim dingin.

Bagi pengamat bintang di Indonesia, kendala yang harus dihadapi mungkin bukan udara yang dingin menggigit, melainkan hujan. Peneliti senior Observatorium Bosscha, Hakim L. Malasan, mengatakan cuaca terkadang menghalangi pemandangan langka tersebut. "Fenomena itu bisa diamati lepas tengah malam sampai fajar menyingsing, tapi sayangnya di Indonesia sedang musim hujan," kata Hakim.

Meski peluang untuk menyaksikan hujan meteor ini tak terlalu besar, observatorium Bosscha di Lembang, Bandung, itu akan tetap melakukan pengamatan. Setiap kali fenomena alam seperti itu berlangsung, Bosscha akan ikut melakukan penghitungan frekuensi dan hasilnya dikirim ke jaringan pengamatan bintang sedunia. "Biasanya setelah hujan lebat, cuaca di Lembang akan sangat cerah, jadi pengamatan bisa berlangsung," ujar dosen di Jurusan Astronomi Institut Teknologi Bandung itu.

Jika hendak mengamati bintang jatuh beraneka warna ini, Hakim menyatakan, paling ideal bila dilakukan dalam satu grup. "Fenomena ini memang bisa dilihat dengan mata telanjang, karena sangat cemerlang," ujarnya. "Tapi gerakannya sangat cepat, sehingga cuma sekelebat tertangkap mata."

Hujan meteor Geminid ini memperoleh namanya dari konstelasi Gemini, rasi bintang kembar. Nama itu sengaja diberikan karena meteor itu tampak seolah-olah keluar dari titik terang di langit dekat bintang Castor dan Pollux, pembentuk konstelasi Gemini.

Hujan meteor Geminid disebut sebagai parade meteor paling indah tahun ini, dan akan mencapai puncaknya pada malam 13 dan 14 Desember ini. Begitu indahnya hujan meteor yang satu ini, sampai-sampai astronom David Levy dan Stephen Edberg menyatakan, "Jika belum melihat bola api Geminid berpijar dengan anggun melintasi langit luas, Anda belum melihat sebuah meteor."

Tak berlebihan jika Levy dan Edberg memberikan nilai tertinggi pada Geminid. Hujan meteor yang bisa dinikmati setiap tahun ini biasanya menampilkan pertunjukan "kembang api" yang memuaskan mata setiap orang yang menyaksikannya. Bahkan, keindahannya dianggap melampaui meteor Perseid pada Agustus lalu.

Reputasi itu diperoleh Geminid karena memiliki bola api dan meteor cemerlang yang bergerak perlahan dan anggun, selain meteor yang bersinar redup. Gerakan meteor ini memang berkecepatan sedang, mendekati bumi pada 35 kilometer per detik. Meteor itu putih dan cemerlang. Tapi berbeda dengan Perseid, mereka meninggalkan ekor yang jelas terlihat.

Tahun ini Geminid juga menjanjikan pertunjukan yang luar biasa. Tiap tahun hujan meteor ini memang selalu menunjukkan penampilan yang bagus, tapi astronom meteor Inggris, Alastair McBeath, mengkategorikan 2007 sebagai "tahun yang hebat".

Hal ini akan mengobati kekecewaan beberapa astronom atau pengamat bintang amatir. Tahun lalu, pertunjukan Geminid sedikit terhalang bulan. Tapi tahun ini, bulan akan berada pada fase baru pada 9 Desember 2007. Pada malam puncak, langit akan gelap seutuhnya dan tak berbulan, sehingga menciptakan kondisi yang cocok untuk mengamati hujan meteor itu.

Menurut McBeath, Geminid diperkirakan mencapai aktivitas puncak pada 14 Desember 2007 pada 16.45 GMT. Itu berarti beberapa tempat, mulai Asia Tengah ke arah timur menyeberangi Samudra Pasifik sampai Alaska, berada dalam posisi terbaik untuk menangkap puncak hujan meteor itu, ketika tingkatnya mencapai 120 meteor tiap jam. "Tapi tempat lain, seperti Amerika Utara, juga bisa menikmati aktivitas Geminid itu," ujarnya.

Dalam kondisi normal di malam puncak dengan langit gelap yang ideal, sedikitnya 60-120 meteor Geminid diharapkan akan pecah melintasi langit setiap jam. Namun, polusi cahaya di daerah perkotaan terkadang menghalangi pemandangan itu sehingga hanya sedikit meteor yang bisa terlihat.

Meski bisa disaksikan tiap tahun, para astronom selalu menanti aksi Geminid, yang terkadang memperlihatkan meteor berekor berwarna, mulai dari kuning, hijau, sampai kebiruan. Geminid memang layak ditunggu. Hujan meteor ini berbeda dengan meteor lain. Mereka empat kali lebih padat daripada meteor lain, dan kerap membentuk jalur yang terpecah atau bergerigi. Geminid juga bukan dihasilkan oleh sebuah komet, melainkan 3.200 Phaeton, asteroid yang melintasi bumi.

Namun, beberapa astronom menganggap Geminid mungkin hanyalah pecahan komet. "Ini amat aneh," kata Bill Cooke, astronom Badan Antariksa Amerika (NASA) dari Marshall Space Flight Center. "Bagaimana sebuah asteroid menghasilkan hujan meteor."

Komet menghasilkan meteor lewat evaporasi. Ketika sebuah komet melintas di dekat matahari, panas yang amat tinggi menguapkan lapisan es komet menghasilkan debu komet berkecepatan tinggi yang dimuntahkan ke ruang antarplanet. Ketika sejumlah debu itu menghantam atmosfer bumi dengan kecepatan 160.934 kilometer per jam, debu itu hancur dalam sebuah kilasan cahaya yang amat terang, yang kita kenal sebagai meteor.

Berbeda dengan asteroid, yang normalnya tidak memuntahkan debu ke antariksa. Sehingga, keberadaan Geminid masih diliputi misteri. Dari mana meteoroid Phaeton berasal?

Ada kemungkinan meteor Geminid terjadi akibat tumbukan antarasteroid. Tumbukan itu bisa menghasilkan awan debu dan batuan yang mengikuti Phaeton di sekeliling orbitnya. Tapi tumbukan seperti itu amat jarang terjadi. Cooke lebih suka kemungkinan lain. "Saya pikir 3.200 Phaeton dulunya adalah sebuah komet."

Diduga kuat Phaeton adalah inti mati dari komet yang telah mati terbakar, yang entah bagaimana terperangkap dalam sebuah orbit yang rapat. Yang menarik, pada 10 Desember kemarin, Phaeton melintas sekitar 18 juta kilometer dari Bumi, jarak terdekat sejak benda antariksa itu ditemukan pada 1983.

Selain melihat hujan meteor, para pengamat bintang juga bisa melihat planet Mars berada di konstelasi Gemini pada bulan ini. Planet itu akan mendekat ke Bumi pada akhir Desember, dan bersinar terang dengan warna kuning jingga.

Pada Desember ini, sebenarnya ada dua hujan meteor yang bisa disaksikan. Sayang, hujan meteor Ursid yang berlangsung pada 17-26 Desember 2007 hanya bisa diamati di belahan bumi bagian utara.

TJANDRA DEWI
Sumber : Koran Tempo (11 Desember 2007)

Tidak ada komentar:

Gambar Thumbnailgambar besar Gambar Thumbnailgambar besar Gambar ThumbnailGambar Thumbnail
FellowEquality.com
Free Web Hosting with Website Builder

File & Dokumen Blog